Hai kamu, udah denger belum kabar yang bikin bangga banget dari dunia internasional? Bahasa Indonesia, bahasa yang sehari-hari kita pakai buat ngobrol, kerja, belajar, sampai curhat, sekarang resmi diakui dalam forum UNESCO. Iya, bukan main-main lho, ini pengakuan resmi yang diumumkan langsung pada Sidang Umum UNESCO tanggal 20 November 2023 kemarin.
Nah, kabar ini langsung disambut dengan gegap gempita di Indonesia. Tapi di sisi lain, negara tetangga kita, Malaysia, justru mendadak jadi ramai. Banyak netizennya yang bilang kalau mereka merasa “tertinggal”. Kok bisa ya?
Yuk, kita bahas bareng-bareng. Tenang aja, santai tapi tetap berbobot ya.
Bahasa Indonesia Akhirnya Diakui Dunia Internasional
Pertama-tama, yuk kita pahami dulu sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan pengakuan UNESCO ini. Jadi, UNESCO itu punya forum resmi yang digelar dua tahun sekali, namanya General Conference. Di situlah para negara anggota ngumpul, ngobrolin banyak hal penting, mulai dari pendidikan, budaya, sains, sampai isu kemanusiaan.
Nah, di forum itulah sekarang Bahasa Indonesia boleh dipakai sebagai bahasa resmi. Artinya, pidato bisa pakai Bahasa Indonesia, dokumen-dokumen penting juga bisa disusun pakai bahasa kita. Bahkan, terjemahan langsung pun disiapkan.
Keren banget, kan? Ini bukan perkara asal bisa ngomong aja lho. Tapi ini soal pengakuan atas kekayaan budaya dan peran strategis Bahasa Indonesia di tingkat dunia.
Kok Bisa Diakui? Indonesia Nggak Main-main Soalnya
Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa UNESCO akhirnya mengakui Bahasa Indonesia?
Jawabannya, karena Indonesia serius banget memperjuangkannya. Lewat program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing), Indonesia secara aktif mengajar Bahasa Indonesia ke lebih dari 50 negara. Dari Asia sampai Eropa, dari Timur Tengah sampai Amerika Latin.
Bayangin, udah ada lebih dari 150 lembaga BIPA di luar negeri. Bahkan di beberapa universitas ternama dunia, Bahasa Indonesia udah masuk sebagai mata kuliah tetap. Gak cuma ngajarin ngomong “apa kabar”, tapi juga ngenalin sastra, budaya, sampai cara berpikir orang Indonesia.
Menteri Pendidikan kita, Mas Nadiem, bilang ini adalah salah satu langkah nyata menjadikan Bahasa Indonesia sebagai kekuatan lunak bangsa. Dan hasilnya, ya ini: pengakuan dari dunia.
Malaysia Langsung Ramai, Kok Bisa?
Nah, ini bagian yang jadi ramai di media sosial. Pas pengakuan ini diumumkan, netizen Malaysia banyak yang merasa… yah, bisa dibilang agak panas dingin. Mereka merasa Bahasa Melayu yang mereka pakai juga layak diakui, bahkan ada yang bilang seharusnya mereka duluan.
Banyak komentar di media sosial yang bernada iri atau sedih. Ada yang bilang “Bahasa Indonesia itu kan dari Bahasa Melayu”, ada juga yang tanya “Kenapa kita gak diprioritaskan UNESCO?”
Tapi lho, UNESCO bukan menilai siapa yang lebih dulu punya bahasa. Mereka lihat dari seberapa kuat sebuah bahasa dipakai, disebarkan, diajarkan, dan dilestarikan. Dan dalam hal ini, Indonesia memang jauh lebih aktif. Kita punya program internasional, kita punya lembaga pengajaran, dan kita punya strategi diplomasi yang matang.
Para Akademisi Malaysia Juga Ikut Bersuara
Gak cuma netizen biasa lho, para akademisi di Malaysia juga mulai mengkritisi diri. Mereka merasa Malaysia terlalu lambat dalam mempromosikan Bahasa Melayu ke dunia.
Salah satu profesor dari Universiti Kebangsaan Malaysia bilang kalau Indonesia udah lama banget aktif memperkenalkan bahasanya ke luar negeri. Sementara Malaysia masih belum punya sistem pengajaran Bahasa Melayu yang kuat di luar negeri.
Kalau mau jujur nih, ini pelajaran penting banget. Bukan soal siapa yang menang atau kalah, tapi soal siapa yang benar-benar serius membangun identitas budayanya di mata dunia.
Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu, Sama atau Beda?
Pertanyaan klasik ini muncul lagi: sebenarnya Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu itu sama nggak sih?
Kalau kita ngomongin akar sejarah, iya, dua-duanya punya asal dari rumpun yang sama, yaitu Melayu-Polinesia. Tapi sejak Indonesia merdeka dan menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, perkembangan dua bahasa ini mulai beda jalur.
Bahasa Indonesia berkembang lewat media, sastra, pendidikan, dan budaya yang khas Indonesia banget. Sementara Bahasa Melayu tumbuh dengan pengaruh Malaysia yang berbeda pula. Jadi meskipun mirip-mirip, tetap aja dua bahasa ini sekarang udah jadi entitas yang berbeda.
Makanya, UNESCO mengakui Bahasa Indonesia sebagai bahasa sendiri, bukan turunan atau cabang dari Bahasa Melayu.
Gak Perlu Iri-Irian, Kenapa Nggak Kolaborasi Aja?
Nah, daripada saling sindir atau ngerasa ketinggalan, kenapa nggak dijadikan momen buat kerja bareng?
Bayangin kalau Indonesia dan Malaysia bisa kolaborasi mempromosikan bahasa serumpun ke dunia. Bisa banget lho dibuat program bersama buat ngajar Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia di luar negeri, atau bikin forum budaya regional yang fokusnya di bahasa dan sastra.
Apalagi sekarang dunia udah makin terbuka. Orang gak cuma mau belajar bahasa Inggris atau Mandarin, tapi juga tertarik sama bahasa-bahasa Asia Tenggara yang kaya akan budaya.
Daripada sibuk debat soal siapa lebih dulu, lebih enak kalau kita bareng-bareng angkat potensi bahasa kita ke tingkat dunia.
Jadi, Apa Artinya Semua Ini?
Kamu mungkin mikir, ya udah sih, bagus aja kalau diakui UNESCO. Tapi sebenarnya, ini punya dampak besar juga buat kita semua lho.
Artinya, bahasa yang kamu pakai tiap hari sekarang udah punya legitimasi global. Jadi kamu nggak perlu minder lagi kalau mau nulis, bikin karya, atau ngomong pakai Bahasa Indonesia di forum internasional. Justru harusnya makin percaya diri.
Dan buat kamu yang suka nulis, bikin konten, atau bahkan yang lagi belajar jadi guru bahasa, ini kesempatan emas. Dunia lagi buka mata sama Bahasa Indonesia. Jadi kenapa nggak kamu yang jadi duta budayanya?
Yuk, Rayakan dengan Bangga
Akhirnya, kita sampai juga di titik di mana dunia mengakui bahwa Bahasa Indonesia itu penting. Bukan cuma alat komunikasi, tapi juga alat perjuangan, kebudayaan, dan kebanggaan bangsa.
Nah, sekarang tinggal kita nih, mau ngapain? Jangan sampai setelah diakui UNESCO, justru kitanya sendiri yang abai. Yuk, mulai lebih cinta sama bahasa kita. Pakai dengan baik, ajarkan ke anak-anak, dan banggakan di mana pun kamu berada.
Dan buat teman-teman kita di Malaysia, semoga momen ini jadi inspirasi buat sama-sama memperkuat budaya serumpun, bukan saling saingan. Karena bahasa bukan soal siapa menang atau kalah, tapi soal siapa yang bisa menjaga dan merayakannya.